Nama beliau adalah Tgk. H. Muhammad Yusuf Bin Abdul Wahab. Lebih dikenal dengan Ayah Jeunieb atau kerap disapa dengan Tu Sop. Beliau perpulang di usia 60 tahun, di Jakarta pada tanggal 7 September 2024. Ayah Sop yang juga calon wakil gubernur Aceh dikenal sebagai ulama sekaligus pemimpin visioner. Ayah Sop juga terkenal karena dakwahnya yang menyejukkan hati. Baik secara langsung maupun melalui media sosial. Beliau aktif memperbaiki akhlak umat serta memperjuangkan politik yang santun dan bersih. Perjuangan beliau melampaui ranah politik. Berfokus pada revolusi akhlak dan kesejahteraan masyarakat.
Tu Sop merupakan pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Kecamatan Jeunieb, Kabupaten Bireuen.
Selain memimpin dayah, saat ini beliau juga menjabat sebagai Ketua terpilih Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) periode 2018-2023, sebuah organisasi yang menaungi ulama-ulama pimpinan dayah Salafiyah di Aceh.
Tu Sop dilahirkan di Desa Blang Me Barat, Kecamatan Jeunieb, Bireuen pada tanggal 16 April 1964 dari pasangan Tgk H. Abdul Wahab bin Hasballah dan Hj. Zainab binti Muhammad Shaleh.
Tgk H. Abdul Wahab bin Hasballah sendiri juga merupakan salah satu ulama Aceh yang dikenal sebagai tokoh dayah yang banyak memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan Aceh.
Tu Sop mulai belajar pada Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Jeunieb pada tahun 1970.
Setelah menamatkannya pada tahun 1976, ia melanjutkan pendidikan menengah pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Jeunieb.
Riwayat pendidikan beliau cukup menarik, dari santri dayah belajar hingga ke para Masyaikh di Mekkah Al-Mukarramah diantaranya Abuya Sayyed Muhammad bin Alwi Al Maliki di rusaifah, Makkah, Saudi Arabia.
Ceritanya berawal, bersamaan dengan belajar di SMP Jeunieb, Tu Sop juga aktif belajar pengetahuan dasar Islam di Dayah Darul Atiq Putra Jeunieb.
Setelah menyelesaikan sekolah menengahnya pada tahun 1980, beliau kemudian masuk ke Dayah MUDI Mesra, Mideun Jok, Kec. Samalanga, Kab. Bireuen.
Di Dayah MUDI Mesra, belajar pada banyak guru dan pada 1985, sambil belajar beliau sudah mulai mengajar di dayah tersebut.
Setelah beberapa lama belajar dan mengajar di dayah pimpinan Ulama Kharismatik, Abon Samalanga tersebut, pada tahun 1993 Tu Sop berangkat ke Mekkah Al-Mukarramah untuk memperdalam ilmu agama selama 4 (empat) tahun kepada ulama terkenal yang mengajar di Masjidil Haram.
Di sana, Tu Sop belajar pada Syeikh Sayed Muhammad Ali, seorang ulama sufi Mekkah bermazhab Maliki, selama empat tahun.
Pada tahun 1997 pulang dari Mekkah dan kembali mengabdi di Dayah MUDI Mesra.
Pada pertengahan tahun 2001 ia secara resmi memimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah, Kecamatan Jeunieb, Bireuen.
Kepemimpinan beliau di dayah ini adalah melanjutkan kepemimpinan ayahanda beliau yang saat itu ingin memfokuskan diri pada dayah Babussalam Putri yang kompleknya juga tidak berjauhan dari komplek dayah Babussalam Al- Aziziyah (Putra).
Saat ini, selain menjabat sebagai Ketua HUDA dan memimpin secara aktif Dayah Babussalam AlAziziyah di Jeuneib, Tu Sop juga tercatat sebagai Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) yang fokus pada gerakan sosial, antara lain membangun rumah dhuafa yang saat ini telah dibangun mencapai 100 unit rumah layak huni bagi kaum dhuafa di seluruh Aceh.
Dalam bidang keagamaan, Tu Sop aktif mengisi pengajian di berbagai tempat.
Lintas kabupaten dan provinsi. Bahkan beliau tidak jarang juga diundang oleh masyarakat Aceh di Pulau Jawa dan Malaysia untuk mengisi pengajian dan memberikan tausyiah agama.
Untuk memperluas jangkauan dakwahnya, Tu Sop juga mendirikan Radio Yadara yang konsisten dalam nafas dakwah bil lisan.
Kepergian Ayah Sop meninggalkan kekosongan tokoh inspirator bagi Aceh. Namun warisan ilmu dan keteladanannya akan terus menginspirasi generasi penerus.
Beberapa ungkapan yang kerap diucapkan dari lisan Guru mulia, Tgk H. Muhammad
Yusuf A. Wahab (Tu Sop) atau biasa juga disapa Ayah di Jeunieb.
Kita harus menjadi bangsa yang punya rencana masa depan kita sendiri, kalau kita menjadi orang yang tidak punya masa depan sendiri, kita akan jadi orang yang direncanakan, itu berbahaya sekali.
Jangan mengeluh lebih baik menangani, jangan menyerah lebih baik membantu memperbaiki.
Yang tidak mampu dikerjakan semuanya, jangan ditinggalkan semuanya.
Silahkan hidup, kamu akan mati, silahkan miliki semuanya, cintai apa saja, pada saat akan terpisah, tapi Allah tidak akan pernah terpisah dengan kita dan kita akan kembali kepadanya.
Selamat jalan, Tu Sop. Kepergianmu meninggalkan duka mendalam di hati kami masyarakat Aceh.
Kami percaya bahwa Allah SWT akan menempatkanmu di sisi yang terbaik dan mulia.
Terima kasih untuk semua kenangan indah yang telah kita bagi bersama.
Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik di surga untukmu dan menguatkan hati kami yang ditinggalkan.
Selamat Jalan Guru Mulia!
Jasadnya akan pergi meninggalkan kita, namun pikiran dan spirit perjuangannya harus senantiasa kita hadirkan
dalam setiap jejak langkah kita! Semoga Allah tempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya!